Selasa, 07 Juni 2011

SAKIT ITU PENTING

Oleh : Dudung Koswara

Tulisan ini penulis buat pada sa’at sakit kurang lebih seminggu lamanya di awal Juni 2011. Kondisi badan yang sakit atau tidak sehat memang mengganggu aktifitas bahkan tak dapat beraktifitas. Sebuah kondisi yang paling “mengenaskan” bagi kita sebagai manusia yang selalu membutuhkan kesehatan. Dalam istilah populer Mensana in corpore sano (a healthy mind in a healthy body), sebuah ungkapan yang menjelaskan betapa kesehatan jasmani akan berkontribusi positif pada kesehatan jiwa. Jiwa-jiwa yang sehat dari jasmani yang sehatlah yang diharapkan bangsa ini untuk membangun sebuah peradaban yang maju. Masyarakat yang sakit akan menenggelamkan bangsa ini dari percaturan duni global yang semakin kompetitif. Jiwa dan badan yang sehat tak dapat ditawar.

Nabi Muhammad pernah bersabda, “Barangsiapa yg di pagi hari sehat badannya tenang jiwanya dan dia mempunyai makanan di hari itu maka seolah-olah dunia ini dikaruniakan kepadanya” . Tidak ada yang membantah betapa kesehatan menjadi sebuah kebutuhan semua umat manusia dimuka bumi. Secara ekstrim kesehatan jauh dari kematian tapi sakit mendekati kematian, tidak ada manusia yang ingin mati seperti tidak ada manusia yang ingin sakit. Lebih berarti lagi sebuah kesehatan bila kita menengok teman kita yang terkapar sakit di rumah sakit, bahkan banyak pasien lain yang sama menderita sakit. Banyaknya orang sakit di ruang-ruang rumah sakit seolah memberikan pesan pada kita, “Jagalah kesehatanmu bila kamu tak ingin seperti mereka”.

Bila kita bertanya pada orang-orang disekitar kita , siapa yang mau sakit? Maka tidak aka ada yang mau menjawab, kecuali disekitar kita itu ada orang gila. Lain halnya bila pertanyaannya diganti dengan, siapa yang ingin sehat selalu? Maka semua orang waras akan menjawab, ingin. Sehat yes! Sakit No! Pola hidup sehat dan masyarakat yang sehat adalah dambaan kita semua.

Sakit Itu Penting Bagi Kita
Semua manusia dimuka bumi tidak ada yang menginginkan sakit. Tapi hampir semua manusia dimuka bumi pernah sakit. Realitas ini kalau kita pelajari menjadi unik dan menarik. Ada pesan sehat dibalik kondisi sakit. Benarkah? Benar sekali. Hanya malaikat dan syeitan yang tidak pernah sakit. Makanya malaikat dan syeitan tidak memerlukan dokter dan rumah sakit. Bahkan sebaliknya dokterlah yang membutuhkan malaikat sebagai dewa penolong.

Sakit sebenarnya adalah sebuah ujian paling hebat yang dialami manusia, ketahanan fisik dan psikis benar-benar dipertaruhkan. Kekuatan rohani yang baik serta kedekatan dengan Tuhan akan meminimalisir frustasi sakit. Orang yang ketahanan jiwanya rapuh serta keber-Tuhanannya bermasalah dapat dipastikan sakit yang dialaminya akan menjadi sebuah double musibah. Tidak heran ada yang sakit karena tiak sabar akhirnya bunuh diri. Sebuah solusi yang ekstrim dalam merespon rasa sakit yang tak kunjung sembuh. Contohnya adalah seorang warga RT 04 RW II Desa Jadi, Kecamatan Sumber, Kabupaten Rembang, Tarso (54) nekat mengakhiri hidupnya secara tragis, bunuh diri dengan menggantung di seutas tali tambang akibat sakit asma dan paru-paru kronis yang tak kunjung sembuh. Sakit bagi Tarso telah menghancurkan ketahanan jiwanya yang paling dasar. Inikah yang yang harus dilakukan Sisakit? Oh, jangan sekali-kali meniru “adegan” Tarso.

Jujur saja penulis tak menghendaki sakit, tapi kehidupan menghendaki sakit. Sikap bijak kita sebagai hamba Tuhan yang akan dan selalu sakit_dari mulai tidak enak badan sampai sakit parah_ adalah penting berpikir sehat diwaktu sakit. Hanya berpikir sehat dan dialog dengan Tuhan pada saat kita sakit yang mampu memberikan nilai tambah. Sakit tak bisa ditolak, tapi kemampuan mencari makna dibalik sakit yang kita alami harus tetap digali. Ada pesan istimewa dalam sakit yang kita alami, sehingga sakit menjadi sesuatu yang “penting” bila dilihat dari sudut pandang yang berbeda.

Kondisi sakit dapat mem-Pesantren-kan bathin kita agar lebih memahami kehidupan yang sebenarnya. Ya Tuhan betapa lebih nikmatnya hidup sehat ketika kita sakit. Ya Tuhan betapa kita dapat merasakan perasaan orang lain yang sedang sakit. Ya Tuhan betapa kita harus menjaga kesehatan tubuh kita sebagai rasa syukur akan nikmat-Mu. Ya Tuhan betapa sombongnya manusia pada saat ia sehat.Betapa sehat itu menjadi sebuah realitas yang sangat-sangat penting ketika kita sakit. Disinilah letak “pentingnya sakit”, yakni mampu memaknai dan mengintrosfeksi diri jauh lebih kedalam akan kebermaknaan hidup sehat. Hanya dengan sehat yang kita maknai ketika kita sakit eksistensi kita dan eksistensi Tuhan menjadi harmoni. Harmonitas hamba dan Tuhan adalah sebuah suasana kebathinan yang baik bagi kepribadian seseorang.

Sakit Penting Bagi Koruptor
Berbeda halnya dengan kita yang memaknai sisi lain dari pengalaman sakit kita, ada beberapa individu yang mencari untung dibalik sakit. Kebiasaan mencari untung individu ini sampai merambah pada “dunia sakit” , mereka adalah musuh masyarakat kita, yakni para koruptor. Hebatnya koruptor ini pada saat menggasak uang rakyat mereka sehat dan mampu “memanggul” milyaran bahkan trilyunan uang rakyat, tapi pada saat diperiksa mereka seperti tak bisa jalan dan tak bisa bicara. Bahkan ada yang mau menjadikan dirinya amnesia, sebuah upaya yang menganggap betapa”pentingnya” sakit bagi mereka. Setiap mau diperiksa pasti mereka mendadak sakit, dan tak dapat dipinta keterangan.

Betapa pentingnya sakit sebagi tempat yang nyaman bagi para koruptor untuk berlindung dari pemeriksaan. Ada seorang mantan jenderal polisi penegak hukum yang rela menyebutkan bahwa istrinya mengalami gangguan ingatan, sebuah pembelaan yang norak dan dapat diduga tendensinya. Jenderal dan berpendidikan ternyata tidak menjadi jaminan dalam kesadaran penegakan hukum di Indonesia. Lebih norak lagi para kroni mantan Pesiden Soeharto telah mengkondisikan Soeharto lebih sakit lagi agar terhindar dari tuntutan hukum dan tuntutan rakyat Indonesia.

Bila kita data para koruptor yang mengangap betapa pentinnya sakit sebagai perlindungan dari pemeriksaan, jumlahnya terlalu banyak sebanyak pelaku yang membudaya di negeri ini.Pura-pura terbaring di rumah sakit mewah dan bisa berkumpul bersam keluarga, adalah kondisi yang lebih baik daripada meringkuk di Hotel Prodeo. Ini hal wajar yang telah dilakukan para koruptor untuk menyelamatkan dirinya, karena semua manusia pada dasarnya punya insting untuk menyelamatkan diri. Sayangnya bentuk penyelamatan diri dengan pura-pura sakit adalah satu bentuk yang tak wajar dan kurang ajar. Kenapa kurang ajar? Karena telah menyinggung perasaan orang lain yang benar-benar sakit. Orang lain sakit, tetapi koruptor telah mempermainkan sakit sebagai komoditas politik untuk menghindari jeratan hukum. Orang lain terkapar sakit dengan beban biaya yang belum tentu terbayar, sementara koruptor pura-pura terkapar padahal ia tertawa dan melecehkan dunia medis dan hukum.

Bagi Oknum Dokter Sakit Itu Penting
Dalam ilmu kedokteran yang menjungjung tinggi kemanusiaan, ada saja oknum dokter yang memanfaatkan orang sakit sebagai tambang emas. Sebenarnya bila dokter memahami makna filosofi Sumpah Hipokratus, ia akan berorientasi kemanusiaan dalam kerjanya. Tapi oknum dokter mengangap betapa pentingnya sakit, sebagai sebuah objek profit yang menjamin masa depannya. Penulis pernah memiliki pengalaman mengantar seorang teman yang jarinya hampir putus tergilas mesin es krim. Pengalaman ini terjadi di RSUD Cibabat, Cimahi tahun 1996an. Pada saat kami datang sang dokter tidak langsung menolong malah berbicara biaya orprasi yang harus disediakan, saat itu ia menyebutkan Rp. 1.5 juta. Kami dalam keadaan panik tidak banyak berpikir uang tapi bagaimana menolong korban agar segera di tangani.

Bagi penulis oknum dokter seperti diatas telah menjadikan sakit/orang sakit sebagi hal yang penting dalam hidupnya. Semakin banyak yang sakit, apalagi dari golongan ekonomi tinggi (the have), akan memberikan jaminan profit yang besar bagi dirinya. Sebuah alasan yang tidak manusiawi bila ingin sejahtera dari “menggigit” orang sakit. Kalau para lulusan SMA zaman sekarang mau kuliah di kedokteran dengan alasan ingin jadi orang kaya dan terhormat secara strata, maka sebenarnya ini adalah kesalahn awal yang akan menciptakan korban masyarakat. Menjadi dokter karena ingin kaya adalah satu bentuk dari praktek homo homini lupus, dokter telah menjadi srigala bagi pasiennya sebagai kambing yang tak berdaya.

Jurusan kedokteran adalah jurusan paling favorit di negeri ini, dan peminatnya adalah mayoritas keluarga kaya yang mampu membiayai kuliah yang cukup mahal. Bila motivasi mereka menjadi dokter untuk menjadi orang kaya seperti diatas maka, kondisi inilah yang akan melahirkan oknum dokter-dokter gila, yang mengangap masyarakat sakit/ pasien sebagai tambang emas. Praktek dibeberapa rumah sakit untuk tujuan mencari profit adalah indikasi kuat dari kesimpulan diatas.

Bagi Orang Gila Sakit Itu Menyenangkan
Penulis pernah membaca buku Dale Carneggie tentang dilema seorang dokter yang mau menyembuhkan orang gila. Ia berpikir bila pasiennya sembuh, ia akan dihadapkan pada realitas yang sebenarnya, yakni tidak semenyenangkan ketika ia gila. Dalam khayalannya orang gila bisa menikmati dan melakukan apapun, tertawa-tawa sendiri, bicara sendiri, memerankan apa yang dia inginkan. Keadaan papa dan menderita di dunia nyata tak dapat ia terima maka ia stres dan mengalami gangguan jiwa. Gangguan jiwanya telah melepaskan penderitaannya dan ia sepertinya happy di dunia barunya.

Blia kita melihat orang-orang gila yang kita jumpai , ada orang gila yang gila karena harta, di kegilaannya dia benar-benar menjadi orang berharta. Ada orang gila karena pangkat “mungkin” dikegilaannya dia mencapai kekuasaan yang diinginkannya. Ada orang gila karena tidak mendapatkan kebahagiaan berumah tangga dan anak yang diimpikannya di kegilaannya justru semua itu menjadi lengkap dalam genggamannya sebagai istri dan seorang ibu. Singkatnya “mungkin” orang-orang gila di dunianya itu sebenarnya lebih bahagia dari kita. Bila gila lebih bahagia maka kesimpulan bagi orang gila, sakit (gila) adalah penting dan menyenangkan bagi hidupnya.

Sakit Penting Bagi Pegila Cinta
Ternyata urusan romantika becinta telah menjadikan sakit sebagai media mencuri perhatian orang yang paling disayangi. Sakit telah menjadi hal penting untuk menaklukan orang yang dicintai. Orang yang tidak memiliki perhatian pada yang sakit dianggapnya_meminjam istilah gaul dangdut_ terlalu. Tidak ada orang yang mau dianggap terlalu atau tak berperikemanusiaan/tak berempati pada orang sakit. Apalagi bila yang sakit adalah orang istimewa yang diangap pacar, suami, istri atau TTM.

Banyak hal untuk mencuri pehatian pasangan atau kekasih, tapi dari sekian trik yang dapat digunakan ternyata pura-pura sakit, atau sakit beneran telah menjadi alternatif yang jitu. Empati orang lain dan teman akan mengalir pada seseorang yang sakit, sepertinya ada sedikit kenyamanan ketika banyak orang berkunjung dan memberikan bantuan moril dan spiritual. Dan yang paling istimewa bagi orang yang sedang jatuh cinta adalah dikala sakit selalu ditemani pacar. Bagi pegila cinta sakit menjadi penting untuk menguji kesetiaan orang yang paling kita cintai ketika kita sakit.

Oleh-oleh yang dibawa, obat-obatan dan hal lain bagi yang sakit menjadi sebuah “kado” perhatian bagi yang sakit. Bagi pegila cinta_cinta yang lebay_ hal ini menjadi kenangan tersendri untuk selalu dikenang. Ada benarnya juga sejauhmana perhatian orang yang kita sayangi pada saat kita sakit dapat menjadi indikasi seajuh mana perasaanya pada kita. Ada ungkapan teman yang baik bukan yang hadir pada saat kita jaya dan kaya, tetapi teman yang baik adalah seseorang yang selalu hadir pada saat kita sakit atau terpuruk. Sakit adalah penting bagi si pegila cinta untuk test case kesetiaan pasangan dalam berempati dan mencurahkan kasih sayangnya pada saat sakit.

Kesimpulan

Bagi orang dewasa dan memiliki jiwa yang hidup maka sakit adalah sebuah fenomena alamiah yang akan dialami oleh semua manusia. Fenomena ini harus ditangkap pesannya agar ada sebuah makna dan pengalaman berharga yang akan menjadi “ongkos” untuk hidup lebih baik dikemudian hari, pasca sembuh. Bijak pada diri sendiri, mengenal Tuhan, mengenal orang lain lebih empatis, berjiwa besar, dan selalu mencari makna pada setiap pengalaman adan apa yang terjadi. Karena hakekatnya segala hal yang telah kita alami itu “penting”, senang aupun duka, semuanya adalah lembaran kisah abadi kita yang berpengaruh pada kepribadian dan eksistensi kita. Dihadapan Tuhan dan dihadapa manusia.

Bagi manusia gila beneran sakit menjadi penting masih mendingan, dibanding dengan gila jejadian, oknum dokter, koruptor, pegila cinta dan yang lainnya yang menganggap sakit sebagai media untuk mencari keuntungan subjektif adalah berbahaya. Kondisi ini telah melahirkan tatanan yang absurditas dan menyimpang dari seharusnya. Mungkin inilah yang disebut romantisme dalam istilah Harun Yahya, lebay dan melakukan sesuatu berdasarkan perasaan yang sakit.

Jadi koruptor, oknum dokter, pegila cinta dll., pada dasarnya mereka telah mengindap gangguan jiwa posmodernis, sebuah penyakit baru diera hedonis yang materialis. Hati-hati bila anda sebagai pelajar, mahasiswa, pekerja jangan sampai membuat Surat Sakit Palsu. Surat sakit palsu yang anda buat telah menggiring anda pada paradigma sesat “Pentingnya Sakit” untu melindungi diri dari kesalahn yang anda buat. Sakit harus membuat anda lebih baik dan memahami arti hidup yang sebenarnya, bukan memanipulasi hidup dan merugikan diri sendiri serta orang lain. Wallahualam bissawab